Minggu, 31 Maret 2013

[Foto] Pre-debut Woohyun INFINITE

http://koreanindo.net/2013/03/31/infinite-ungkap-member-yang-wajahnya-paling-berubah-semenjak-debut/
Setelah membaca artikel dari salah satu wordpresscyg ada linknya diatas.. aku mau bagiin foto foto tentang Woohyun waktu Pre-debutnya nih. Silakan di lihat yaa ;)

HEAVEN || CHAPTER 5

"Ayo kita jalan jalan lagi" hoya dan aku telah menyelesaikan santapan siang kami. "Halmoni... ini uangnya. Sekarang aku akan mengajaknya jalan jalan. Jadi sampai bertemu besok nee. Annyeong~" hoya membungkuk dan aku juga. Aku hanya tersenyum dan kembali berjalan kaki bersama hoya "jalanan ini sangat sejuk. Karena di musim gugur seperti ini banyak bunga yg berubah warna dar berjatuhan. Rasanya tenang sekali. Bagaimana menurutmu?" Tanya hoya. "Aku juga berpikir begitu" tiba tiba aku membayangkannya lagi. Knp perasaan itu datang??

*flashback sandy*
"Sudah direkam??" Tanyaku sambil memegang layar handycam yg dipegang yoseob. "Daritadi chagi.. hahaha" aku mengkerucutkan bibirku. "Annyeoooong ini adalah kami.. everlasting couple! Ah jinjja~ haha" yoseob dengan malu malu mengucapkan perkataan itu. "Forever couple sedang berada di sisi jalan dimana banyak pohon sakura disini. Sekarang musim gugur... jadi banyak sekali bunga yg berjatuhan. Ini indah sekali." Aku mengambil beberapa bunga yang berjatuhan di sekitar jalan, sedangkan yoseob merekamnya. "Kau lucu" ucap yoseob. Ia menghampiriku dan mencubit pipiku. "Andwee lepaskan" aku menjulurkan lidahku dan berjalan lagi. "Yak! Jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan rekaman ini eoh?" Yoseob mematikan recordernya dan mengejarku
*flashback end*

"Yoseob oppa~" bisikku. "Ne??" Tanya hoya heran. Aku segera tersadar dari lamunanku. "Ah.. ania.. ania.. mian" aku tersenyum pada hoya dan menarik tangannya. "Ayo. Berlari di area ini sangat menyenangkan" aku berlari dan hoya mengikuti. Aku tersenyum. Menutupi rasa sedih yg sekarang menyelimutiku karena memori itu. Aku sangat sedih mengingat kembali kenanganku dengan yoseob. "Kau sangat baik noona. Tapi bolehkah aku berhenti? Aku kelelahan noona." Ucap hoya yang mengatur napasnya yg tersengal sengal. "Eh? Mianhae" aku pun berhenti berlari dan menatap hoya yang kecapean. "Hmm bisakah kau memanggilku sandy saja? Aku masih berumur 20 tahun" kataku sambil menatapnya yang sedang mengatur napas. "Oh tidak masalah sandy-ssi" jawab hoya. Dia masih terlihat kecapean. Aku tersenyum memandang wajahnya yang terlihat seperti tersiksa. "Sekarang kita mau kemana sandy-ssi?" Tanya hoya. "Mollayo~ kau punya tempat rekomendasi untuk jalan santai?" Tanyaku. "Aku tidak tahu lagi harus kemana. Baiklah mungkin cukup untuk hari ini. Ayo kita ke supermarket" ajak hoya. Hoya menggenggam tanganku. Dan berjalan menuju supermarket terdekat. Seperti yoseob. Genggaman tangannya sangat hangat. Membuatku tenang dan tidak merasa gelisah lagi. "Hmm nanti kau mau minum apa?" Tanya hoya. "Apa saja. Tapi aku ingin minum soju" jawabku. "Oh! Soju?! Kau kan wanita. Tidak tidak. Tidak boleh" kata hoya. "Ah jebaal" aku memohon kepada hoya. Kenapa dia benar benar seperti yoseob? Ia melarangku untuk minum soju karena alasan aku adalah perempuan. Kenapa bisa sama? Sesampainya di supermarket aku memilih milih makanan dan minuman yang akan aku beli. "Kumohon jangan beli soju" bisik hoya. "Nee kau tenang saja" jawabku sambil mengambil cola di dalam lemari es supermarket. "Hanya ini saja yang kau beli?" Tanya hoya sambil memegang botol cola. Aku mengangguk. "Ayo beli yang lain" ajak hoya. "Ania.. ini saja cukup kok" jawabku. "Hmm begitukah? Ya sudah beli air mineral satu untukmu dan juga... hmm... penambah ion tubuh. Kutau kau pasti lelah kan?" Hoya mengambil beberapa botol air mineral dan penambah ion tubuh. Aku hanya bengong melihat sifatnya ini. Kamipun membayar semua barang belanjaan dan bergegas pulang karena hari sudah mulai senja. "Ayo kita pulang. Dan kita lihat apakah ada kejutan untukmu atau tidak" ucap hoya sambil membawa kantung belanjaan. Saat menyebrang jalan, dari kejauhan datang sebuah mobil yang berkecepatan tinggi. Eotteohke??

-TBC-

Rabu, 27 Maret 2013

HEAVEN || CHAPTER 4

Hoya menyapaku di depan pintu rumahku. Melambaikan tangannya untukku. "Annyeong... na hoya" ucap hoya sambil menghampiriku dan tersenyum padaku. "Nnee, annyeong" aku menjawabnya. Ini ajaib, aku bisa tersenyum hanya melihatnya. Aku tidak seperti ini sebelumnya. "Ya ya ya.. ayolah masuk. Tidak baik berdiri di depan pintu" sungyeol mendorong tubuh hoya dan kawan kawannya yang lain. "Hmm, sungyeol-ah.. kenapa kau mengajak teman temanmu ke rumahku?" Tanyaku. "Aniaaa~ aku hanya ingin mengajak mereka bermain ke rumah sahabatku yg terhebat" sungyeol merangkulku. Terhebat??? Jinjja?? "Hmm, yak! Hoya! Ajak sahabatku ini jalan jalan ya. Sepertinya... aku melihat hal yang berbeda dan pancaran wajahmu. Hahaha" ucap sungyeol. "Oh~ ne." Jawab hoya. Aku?? Kenapa harus jalan jalan bersama hoya?? "Aku?? Kenapa?? Ini rumahku, kau tidak bisa seenaknya menyuruhku untuk pergi dari rumahku sendiri!" Protesku. "Ah sudajlah turuti saja nee??" Sungyeol mengacak acak rambutku. Hoya menarik tanganku. "Baiklah, ayo noona. Mungkin dia ingin memberi kejutan untukmu saat kau kembali" kata hoya. "Kejutan apa?" Tanyaku. "Aku tidak tau. Namanya juga kejutan ;)"  hoya mengajakku pergi berjalan kaki sampai ke jalan yang ramai. Sesampainya disana aku menggunakan bus kota bersama hoya. "Kudengar, kau pernah mengalami hal yang sangat buruk dalam hidupmu ya? Maaf sebelumnya.. ngg aku tidak bermaksud ikut campur" aku harus menjawab apa? Sejujurnya aku ingin membagi cerita ku ini tapi aku takut aku membuka kembali kotak memori yang tertutup rapat itu. "Ahh arraseo.. tidak usah dijawab. Aku mengerti" hoya tersenyum gugup padaku dan kembali menatap ke arah jendela. Syukurlah~ kali ini aku merasa... lebih lega. "Hey, aku ingin membeli kimchi di kios langgananku. Kau harus tau nee?" Hoya memecahkan lamunanku. Aku hanya mengangguk. Ini sangat kebetulan karena aku sedang merasa lapar sekali. Sesampainya di terminal terakhir, aku dan hoya berjalan menuju kios yg hoya maksud. Kios yang sederhana. Penjualnya adalah seorang halmoni (nenek). "Halmoniii aku kembali.  Aku ingin membeli kimchi dan bulgogi 2 porsi nee?!" Ucap hoya bersemangat. Aku duduk tidak jauh dari meja kios sang halmoni. Benar benar sederhana kios ini. Kursi kayu antik yg sedikit rapuh karena termakan usia. Tenda yang sudah sedikit berlubang. Sepertinya halmoni sudah bertahan selama puluhan tahun di kios ini. "Ini... memang sulit untuk dipercaya. Kau tidak akan percaya akan ceritaku ini noona." Kata hoya sambil menatap ke arah halmoni yang sedang memasak. "Apa itu?" Tanyaku. "Tentang kios ini. Butuh waktu lama untuk mematenkan kios ini (menjadi miliknya). Ia melalui masa masa sulit. Dalam satu waktu, ia harus membayar tunggakan kios ini selama 2 bulan dengan harga yang tidak murah, selain itu suaminya yang sekarang telah tiada sakit keras pada waktu itu. Dan anaknya.. entah dimana mereka. Seperti tidak peduli" hoya bercerita dengan sangat detail. "Lalu,apa yg halmoni lakukan?" Tanyaku. "Aku bertemu dengannya. Saat itu aku masih berumur 15 tahun. Aku sendirian karena orang tuaku mengusirku pergi. Mereka tidak setuju aku bermusik. Aku sangat lapar waktu itu. Halmoni masih muda. Aku diberikan satu porsi kimchi olehnya. Dan aku sangat kenyang. Pada saat itu halmoni tidak memintaku untuk membayarnya. Lalu aku pun berterima kasih dan pergi. Aku berjanji aku akan kembali suatu saat nanti saat aku sudah sukses" hoya menjelaskan dengan panjang lebar. "Beberapa bln kemudian, aku kembali. Dengan kantung yg sudah penuh dengan uang hasil keringatku sendiri. Pada saat itu aku menjadi penyanyi kafe dan dibayar lebih tinggi. Juga aku menjadi seorang pengamen. Saat aku kembali, halmoni terlihat menangis, memohon pada 4 lelaki memakai pakaian yang terlihat seperti seorang bodyguard. Aku mendekat ke arah mereka...."

*Flashback*
"Ada apa ini?!" Tanyaku. Aku membantu halmoni yang terududuk lemah dihadapan mereka. "Aku beri kau 2 hari untuk membayar kios ini!! Hanya 800.000 ₩ saja kau tidak bisa membayar?! Ck! Keterlaluan!!" Bentak seorang pria berjas resmi. "Baik! Aku akan membayarnya! Ini! Ambilah! Dan jangan kembali mengganggu... eomma!!" Bentakku. Aku memberikan 1.000.000₩ untuk pria itu. "Ayo pergi" pria itupun pergi dan tidak pernah kembali lagi
*flashback end*

"Jadi... sampai sekarang aku sudah menganggapnya eomma. Sejak saat itu, aku sementara tinggal di rumah kecil halmoni yg tidak jauh dari kios ini. Aku membantunya bekerja membereskan kios setiap pagi dan malam. Namun aku belajar untuk hidup mandiri ketika umurku 18 tahun. Hanya 3 tahun aku tinggal dengan halmoni. Sekarang umurku 23 tahun" ujar hoya. Aku menitikan air mata tanpa sadar. "Ini nak kimchinya~ hm siapa dia??" Halmoni datang membawakan pesanan hoya. "Oh gomapda halmonii. Ini sandy, teman baruku." Halmoni tersenyum padaku. Begitu pula denganku. "Selamat menikmati~" halmoni kembali ke mejanya. Aku menatap halmoni yang sudah renta. "Ayo makan. Ini enak loh" hoya mengambil sumpit yg tersedia. "Nee" akupun memakan kimchi dan bulgogi buatannya. Rasanya sangat enak sekali. Aku mendapat satu pengalaman baru. Kisah hidup halmoni.. membuatku sadar bahwa aku masih beruntung dibandingkan beliau. Aku menangis saat aku menyantap kimchi. Tanpa disadari oleh Hoya..

-TBC-

Mohon kritik dan sarannya ya kawaaaaan

Senin, 11 Maret 2013

HEAVEN || CHAPTER 3

Sesuai dgn janjiku. Aku menyimpan semua memoriku dengan yoseob. Aku merasa lebih baik. Bahkan aku bisa membuat orang lain bahagia. Dengan aku memberikan susu setiap pagi ke panti jompo dan panti asuhan. Itu membuatku sadar bahwa hidupku masih sangat panjang. "ah~ annyeonghaseyoo~ aku datang" aku membawa 2 kantung besar susu untuk mereka. Memberikannya satu satu itu membuatku senang dan bahagia. Aku mulai berpikir, mereka masih dapat tertawa dan berkumpul. Padahal mereka sudah ditinggalkan oleh org yang mereka sayang. Aku menatap mereka dan menitikan air mataku. "yah~ gwenchana?" choi rin ahjumma menepuk bahuku sehingga dgn reflek aku menghapus air mataku. "ne~ gwenchana ahjumma" aku tersenyum "terima kasih. Berkatmu.. Mereka semua dapat tertawa kembali. Kau bagaikan peri sandy-yah" ahjumma tersenyum. "ahh ania.. Itu semua bukan karenaku. Itu semua karena takdir. Dahulu mereka pasti merasa kesepian dan sedih, tapi waktu memberikan mereka kebahagiaan disaat yang sudah ditentukan" aku memandangi mereka. "pasti tidaj mudah jadi kau" ucap ahjumma. "ne??" aku bingung. "kau... Ditinggal oleh banyak org yang kau sayang. Aku mengetahuinya dari sungyeol. Hmm tapi setidaknya kau sudah berusaha untuk kembali menjadi kau yg dulu." aku hanya diam. Aku masih belum mengerti apa maksudnya. "kau ditinggal, kau menjadi murung. Namun kau bangkit lalu kembali menjadi sandy yang periang dan mudah tersenyum. Aku sangat salut padamu nak" ucap ahjumma. "aniaa~ semuanya juga berkat sunyeol. Dia membantuku untuk menyimpan kenangan" aku tersenyum. Ahjumma mengangguk, mengerti akan maksudku.
Keesokan harinya, pukul 7 pagi. Aku menghirup udara segar. Ini pertama kalinya aku hanya melakukan aktifitas dirumah. Sungyeol menyuruhku untuk tetap tinggal di rumah setelah 2 bulan penuh aku mencari kesibukan. Smspun berdering dan mengalihkan pandanganku terhadap mentari pagi yg damai. "ini sungyeol. Aku akan datang ke rumahmu ya. Kau harus persiapkan dirimu" akupun menyimpan ponselku dan segera bersiap. Tak lama, sungyeol pun datang. Dan.. Membawa teman temannya. "annyeong sandy-yaa~" sapa sungyeol. Aku diam melihat 4 orang temannya. "oh.. Aku lupa. Ini aku dengan teman-temanku. Mereka... Ingin berkenalan dgnmu" ucap sungyeol. Yang ku tau dari mereka... hanya Hoya. Hm dia berbeda. Bagiku..

-TBC
Di pause dulu ceritanya yaa

Sabtu, 02 Maret 2013

HEAVEN || CHAPTER 2

1 minggu sudah berlalu. Sejak kepergiannya, aku selalu menyendiri dan tidak pernah keluar dari rumah. Sungyeol selalu datang ke rumahku untuk menjaga dan menjengukku. Aku selalu melamun.. Masih terpikirkan akan kepergiannya yang tiba tiba. Aku tau memang, takdir seseorang tidak dapat ditentukan dengan kita sendiri. Dan kita tidak bisa melawan takdir. "sandy-yaah~ aku datang~" tersengar suara ceria sungyeol dari arah depan rumah. Dia menghampiriku dgn berbagai macam kantung belanjaan yg ia pegang oleh kedua tangannya. "ini semua untukmu. Ayo kita masak dan makan bersama. Kita~ tidak blh terus bersedih." sungyeol tersenyum padaku. Dia menatapku yg sedang duduk di sofa dengan tatapan kosong. "ayo~" sungyeol menggenggam tanganku. Aku melepaskan genggamannya dan menggeleng "kau sendiri saja. Aku tidak ingin makan" jawabku datar. Sungyeol menatapku sedih. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Ia memandangku dari arah dapur. Mungkin ia khawatir. Aku menyesal membuatnya merasa seperti ini padaku. Tapi aku benar benar ingin sendiri. Harum bawang yang ditumis telah tercium olehku. Tapi aku menghiraukannya. Tak lama ia pun kembali ke arahku dengan membawakanku semangkuk sup. "kau harus makan.. Atau ia akan sedih. Kumohon~ buka mulutmu ne??" sungyeol kembali menyetarakan tubuhnya dihadapanku dan memegang semangkuk sup ayam. Aku menggeleng. "kumohon~" sungyeol memohon padaku. Tapi aku tetap tidak memberinya respon. "baiklah~ kalau begitu. Kutaruh mangkuknya disini ya. Saat aku kembali, kau harus menghabiskannya. Aku... Akan menyiapkan air hangat untukmu ya" sungyeol kembali bangun dan beranjak pergi ke kamar mandi. Aku memandang sup yang ia buat. Kusentuh mangkuk itu. Masih panas. Aku mengambilnya perlahan dan memakannya. Aku merasakannya. Aku merasakan masakan itu.. Sama persis rasanya dengan masakan yg dibuat yoseob oppa. Aku tidak percaya. Kini aku mencoba masakannya lebih banyak dan itu membuatku menangis dan terbayang oleh kenangan manisku bersama yoseob. Hanya bisa menangis, namun aku terus melahap masakannya. Itu benar benar.... Aku tidak bisa berkata kata. "air hangat sudah si...ap. Sandy-yah?? Gwenchana?" sungyeol menghampiriku yang sedang menangis. Sungyeol benar benar khawatir. "kau menghabiskannya? Waah~ tapi.. Knp kau menangis eoh? Bicaralah.." sungyeol berbicara dengan sangat lembut. Sehingga aku lebih merasa tenang. "aku... Merindukannya~" aku berbicara perlahan. "yaa aku tau. Aku juga merindukannya. Aku temanmu.. Aku juga temannya. Aku juga punya kenangan pertemanan dengannya. Aku juga sangat merindukannya. Aku mengerti" sungyeol menatapku dengan sangat sangat lembut. Nyaman~ seakan matanya menyuruhku untuk berhenti menangis. "boleh.... Aku memelukmu?" tanyaku pada sungyeol. Sungyeol mengangguk. Aku memeluknya perlahan. "aku~ akan mencoba melupakannya dan tidak bersedih lagi." ucapku. "kau tidak perlu melupakannya. Kau hanya cukup untuk menyimpannya didalam kotak hatimu. Kotak hatimu yang paling dalam" jawab sungyeol. Ya~ aku setuju olehnya. Aku hanya perlu menyimpannya..
-TBC

Jumat, 01 Maret 2013

HEAVEN || CHAPTER 1

Cast : Lim Sandy
Lee sungyeol
Yang yoseob

"aku harus pergi. Aku akan baik baik saja. Kau tenang saja ya" yoseob mengusap kepalaku dengan lembut. Sebentar lagi dia akan pergi ke Jepang. Aku sedih, aku takut terjadi sesuatu padanya. "oppa~ saranghae. Aku akan sangat merindukanmu" aku memeluk tubuhnya dengan sangat erat. "ne~ oppa juga akan sangat merindukanmu" yoseob pun memelukku juga. Sekarang ia mengambil kopernya dan pergi. Aku sangat khawatir. Akupun pulang dengan perasaan itu.
Dirumah~
Aku tidak bisa tidur semalaman tadi. Aku selalu memikirkan yoseob oppa. Aku takut ia kenapa kenapa. Aku berjalan menuju ruang tengah. Ku ambil koran pagi yang selalu diantar oleh kim jun. Kubuka selembar demi selembar koran itu hingga aku menemukan salah satu berita. Pesawat~

Pesawat dengan tujuan ke Tokyo, Jepang terjatuh.

Aku menangis dalam hati. Tidak.. Itu pasti hanya bohong. Yoseob oppa... "YOSEOB OPPA!!! ANIAAA!!" aku menangis sejadi jadinya. Hatiku sakit. Yoseob oppa yang selalu bersamaku. Dirumah ini~ dimeja makan ini~ kami selalu makan bersama. Membuat masakan dengan menu yang berbeda tiap harinya. Tidur dalam pelukannya disaat aku lelah. Sekarang?? "yoseob oppa~ ania.. In tidak mungkin..." aku menangis sangat kencang. "waeyo?? Yah?? Gwenchana??" Sungyeol datang dan menghampiriku. Aku memeluknya. "apa? Wae??" sungyeol panik dengan keadaanku yang sangat terlihat lemah. Menangis. Sungyeol mengambil koran yang aku pegang. "ini?? Maksudmu..... Yoseob??" sungyeol tau bahwa lambang di puing pesawat yg terdapat di foto itu adalah pesawat yang ditumpangi yoseob oppa. "kau harus tenang. Kita akan pergi kesana dan mencari tau ya?" sungyeol mengusap punggungku. Aku hanya menangis dan terus memeluknya. Aku masih tidak percaya ini akan terjadi. Seseorang yang aku cintai.....
Keesokan harinya~
Aku berlari menuju papan pengumuman yang ada di bandara. Terdapat daftar korban yang sudah ditemukan. Tapi aku masih belum menemukan namanya. Hingga 1 minggu kemudian aku kembali ke bandara dan mencari tau lagi.
"yoon jun sik, kimberly ann, lim yun ho, choi gil na...." masih belum kutemukan namanya. "yang yo.... Yang yoseob.. Oppa.." tubuhku lemas seketika. Aku terduduk dan menangis. "oppa~ kau masih hidup.. Tidak mungkin.. Kau pasti masih hidup..!" aku menangis dan berteriak. Tangisanku sangat kencang. Sungyeol mengahmpiriku dan memelukku erat. Dia juga menangis. Sama sepertiku. Aku memeluknya. Menyadari ahawa sekarang yoseob oppa telah pergi meninggalkanku untuk selamanya. "kau kuat sandy-yah. Kau bisa menerimanya eoh.." sungyeol mencoba membuatku tenang. Mencoba membuat dirinya merasa tenang juga. Kami berjalan dengan sangat lamban menuju ke parkiran. Saat didalam mobil, aku hanya duduk dngan tatapan kosong. "sudah~" sungyeol memperhatikanku terus. Aku masih tetap diam dengan tatapan kosongku. Ini sangat menyakitkan. Aku merasa sangat sendirian.. Kutatap sungyeol dan ia juga masih sedikit menangis. Ia menghapus air matanya. Entah kenapa ia menangis. Aku tidak tau. "baiklah~ ini... Akan menjadi perjalanan baru untuk kita semua.. Untuk kau, dan yoseob" sungyeol memulai untuk menyetir mobil menuju ke rumahku.
Sesampainya dirumah~
Sungyeol menuntunku untuk duduk di sofa. Tapi aku berjalan menuju kamar dan mengambil kotak merah muda yang aku simpan. "ini milikku dan... Ini juga milik yoseob" kotak kenanganku yang sangat aku sukai. Kubuka kotak itu. Barang pertama yang kulihat adalah fotoku bersama yoseob. Disana kami terlihat sangat bahagia. Kutaruh foto itu di meja. Kuambil lagi barang selanjutnya. CD berisikan video dimana kita mendokumentasikan dimana kita seharian menghabiskan waktu bersama. Sangat sangat sakit dan menyedihkan bila aku menontonnya kali ini. Ini bukan waktu yg tepat.. Bagiku dia istimewa. Sangat istimewa.. Dia tidak tergantikan bagiku. Yoseob oppa~~

-TBC
Maaf ya kalo ada yang typo. Tapi gimana nih cerita chapter 1nya?? minta saran dan kritik kalian ya... Makasiii ;))

Teaser : HEAVEN

Hujan tidak pernah berhenti. Hatiku pun selalu menangis. Setiap kali kubuka kotak merah muda kecil, barang pertama yang kulihat... Fotoku bersamanya. Bersama orang yang sangat aku cintai. "sayang~ ayo kita pergi sekarang" segera kututup kotak itu dan menghapus air mataku yang turun membasahi pipi. "ne~" aku memasukan kotak merah itu kedalam tas besarku. Aku akan meninggalkan rumah ini. Rumah kenanganku bersamanya. Kejadian yang terjadi padanya selalu membuatku sedih. Dia surgaku. Aku sangat mencintainya. Selamanya mencintainya. "hey, kenapa lama sekali? Ayo kita pergi." kekasihku mendekatiku dan memegang tanganku. Aku hanya diam. Menatapnya dan mencoba tersenyum "iya chagiya" aku bediri. Selangkah demi selangkah aku meninggalkan rumah ini. Banyak kenangan yang benar benar harus kulupakan. Ini sangat berat. Semoga~ kau tenang di surga sana. Aku akan selalu mencintaimu

**Ini fanfic kedua. Nunggu yang pertama jadi. Yang pertama di pause dulu karena belum dapet cerita selanjutnya yang cocok. Fanfic ini terinspirasi dari lagunya ailee. Kalian yg tau lagu ailee pasti ngerti lah arti dari fanfic yg aku mau buat ini :)) oke.. Mohon dibaca dulu ya teasernya. Makasiii :D