Sabtu, 02 Maret 2013

HEAVEN || CHAPTER 2

1 minggu sudah berlalu. Sejak kepergiannya, aku selalu menyendiri dan tidak pernah keluar dari rumah. Sungyeol selalu datang ke rumahku untuk menjaga dan menjengukku. Aku selalu melamun.. Masih terpikirkan akan kepergiannya yang tiba tiba. Aku tau memang, takdir seseorang tidak dapat ditentukan dengan kita sendiri. Dan kita tidak bisa melawan takdir. "sandy-yaah~ aku datang~" tersengar suara ceria sungyeol dari arah depan rumah. Dia menghampiriku dgn berbagai macam kantung belanjaan yg ia pegang oleh kedua tangannya. "ini semua untukmu. Ayo kita masak dan makan bersama. Kita~ tidak blh terus bersedih." sungyeol tersenyum padaku. Dia menatapku yg sedang duduk di sofa dengan tatapan kosong. "ayo~" sungyeol menggenggam tanganku. Aku melepaskan genggamannya dan menggeleng "kau sendiri saja. Aku tidak ingin makan" jawabku datar. Sungyeol menatapku sedih. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Ia memandangku dari arah dapur. Mungkin ia khawatir. Aku menyesal membuatnya merasa seperti ini padaku. Tapi aku benar benar ingin sendiri. Harum bawang yang ditumis telah tercium olehku. Tapi aku menghiraukannya. Tak lama ia pun kembali ke arahku dengan membawakanku semangkuk sup. "kau harus makan.. Atau ia akan sedih. Kumohon~ buka mulutmu ne??" sungyeol kembali menyetarakan tubuhnya dihadapanku dan memegang semangkuk sup ayam. Aku menggeleng. "kumohon~" sungyeol memohon padaku. Tapi aku tetap tidak memberinya respon. "baiklah~ kalau begitu. Kutaruh mangkuknya disini ya. Saat aku kembali, kau harus menghabiskannya. Aku... Akan menyiapkan air hangat untukmu ya" sungyeol kembali bangun dan beranjak pergi ke kamar mandi. Aku memandang sup yang ia buat. Kusentuh mangkuk itu. Masih panas. Aku mengambilnya perlahan dan memakannya. Aku merasakannya. Aku merasakan masakan itu.. Sama persis rasanya dengan masakan yg dibuat yoseob oppa. Aku tidak percaya. Kini aku mencoba masakannya lebih banyak dan itu membuatku menangis dan terbayang oleh kenangan manisku bersama yoseob. Hanya bisa menangis, namun aku terus melahap masakannya. Itu benar benar.... Aku tidak bisa berkata kata. "air hangat sudah si...ap. Sandy-yah?? Gwenchana?" sungyeol menghampiriku yang sedang menangis. Sungyeol benar benar khawatir. "kau menghabiskannya? Waah~ tapi.. Knp kau menangis eoh? Bicaralah.." sungyeol berbicara dengan sangat lembut. Sehingga aku lebih merasa tenang. "aku... Merindukannya~" aku berbicara perlahan. "yaa aku tau. Aku juga merindukannya. Aku temanmu.. Aku juga temannya. Aku juga punya kenangan pertemanan dengannya. Aku juga sangat merindukannya. Aku mengerti" sungyeol menatapku dengan sangat sangat lembut. Nyaman~ seakan matanya menyuruhku untuk berhenti menangis. "boleh.... Aku memelukmu?" tanyaku pada sungyeol. Sungyeol mengangguk. Aku memeluknya perlahan. "aku~ akan mencoba melupakannya dan tidak bersedih lagi." ucapku. "kau tidak perlu melupakannya. Kau hanya cukup untuk menyimpannya didalam kotak hatimu. Kotak hatimu yang paling dalam" jawab sungyeol. Ya~ aku setuju olehnya. Aku hanya perlu menyimpannya..
-TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar